Kamis, 29 November 2012

Renungan Seorang Guru


Kisah-kisah heroik guru sudah banyak diangkat ke dalam sebuah berita. Bahkan ada beberapa diantaranya yang diangkat ke layar lebar seperti dalam film Negeri Lima Menara. Penderitaan dan dedikasi guru memang tiada tara. Namun, itu dulu. Sekarang kondisi guru sudah mengalami banyak perubahan. Guru sudah banyak yang memiliki gadget keren bahkan tak jarang sebagian diantara mereka yang memiliki mobil keluaran terbaru.

Kondisi demikian patut kita syukuri karena ada perubahan kesejahteraan. Mudah-mudahan perbaikan kesejahteraan guru bisa merata di seluruh Indonesia. Namun, dibalik itu semua saya justru menyimpan kekhawatiran. Karena, sebab itulah jurusan keguruan beberapa tahun belakangan menjadi jurusan yang cukup difavoritkan. Bukan berarti saya tidak senang dengan hal seperti itu. Tapi saya khawatir justru bertambahnya minat pada jurusan keguruan lebih disebabkan kondisi guru yang saat ini mengalami perbaikan. Saya khawatir adik-adik mahasiswa hanya sekedar ingin mengejar sertifikasi.

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Karena saat ini sertifikasi masih carut marut. Satu sisi guru ingin menerima tunjangan tetapi tidak mau di uji. Disisi lain mungkin ada benarnya jika pemerintah niatnya ingin memperbaiki kesejahteraan guru seharusnya tidak perlu menguji guru kembali. Toh setiap lulusan jurusan keguran sudah dilengkapi dengan akta empat.

Lalu bagaimana jaminannya bila guru tersebut sudah mendapatkan insentif namun tidak mengalami perbaikan keterampilan mengajar dan peningkatan pengetahuan? Inilah yang seharusnya di rumuskan bersama dan dicarikan jalan tengah bersama pemerintah, para guru dan para ahli pendidikan. Agar permasalahan tidak berlarut-larut sehingga melupakan esensi yang sebenarnya yaitu mengingkatkan kualitas pendidikan.

Maka, sebagai seorang guru sudah sepantasnyalah untuk menyadari kekeliruan dan kelemahan jika memang masih merasa kurang. Guru adalah murid juga. Murid dalam kehidupan. Maka guru harus selalu belajar terus-menerus dan berkesinambungan sehingga bisa memberikan pencerahan, pengajaran kreatif, dan masukan-masukan yang lebih baik kepada siswa dari generasi ke generasi. Perubahan yang dinamis harus disiapkan dengan kemampuan yang disesuaikan. Tidak bisa seorang guru berhenti di tempat.

Oleh karena itu saya berdoa dan berharap agar para guru mau belajar terus menerus, tidak merasa dipaksa dan harus berdasarkan kesadaran diri sendiri, dan bukan karena motivasi insentif sertifikasi.

Semoga para guru diberikan kesehatan, rezeki yang bermanfaat dan pengetahuan yang bermanfaat agar bisa terus menerus mengajar dan mengajar hingga akhir hayat.
Selamat hari guru para guru honorer dan para guru yang mengajar di perbatasan. Kalian adalah pahlawan kami sesungguhnya.
Salam Hangat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar