Rabu, 25 September 2013

Yayasan Ku Oh Sekolah Ku Sayang

Lembaga Pendidikan Swasta (Baca : Sekolah Swasta),  artinya  Lembaga  Pendidikan yang  sebagian besar sumber pendanaan  kegiatan operasionalnya berasal dari lembaga swasta, biasanya penyandang dana ini  berpayung hukum,   dapat berbentuk sebuah Yayasan, atau sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau organisasi / badan keuangan tertentu dari luar negri.

Tujuan pendirian sebuah Lembaga Pendidikan / Sekolah Swasta dapat bermacam-macam, tergantung siapa atau organisasi apa yang menaunginya. Namun secara umum biasanya bertujuan sbb :
1.       Turut berperan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ( umum sekali ya.. ?)
2.       Menyediakan wadah untuk menampung para siswa  yang karena sesuatu sebab, tidak diterima di Sekolah Negri
3.       Menyediakan wadah bagi para tenaga pendidik yang tidak dapat mengajar di sekolah negri karena berbagai sebab (Usia, kesempatan/waktu, dan lain-lain sebab, termasuk koneksi dan nasib…???)
4.       Mencari legitimasi  sebuah “lembaga bisnis” yang disamarkan  ( sebagian kecil saja yang begutu…)

Namun, apapun tujuan dan motif pendirian sebuah sekolah swasta, kita harus juga objektif menilai sisi baiknya. Bayangkan, di seluruh Indonesia ini, berapa ratus ribu siswa  sih, yang dapat ditampung di Sekolah Negeri setiap tahunnya ?  Nah, sisanya mau dikemanakan kalau tidak ada sekolah swasta ? sementara harus kita sadari bahwa ada rasa minder bagi seorang siswa yang karena sesuatu sebab sehingga tidak masuk ke sekolah negri, untuk menunggu tahun depan test  lagi.  Pilihannya adalah sekolah negri yang lain (kelas dibawah sekolah tujuan asal ; biasanya karena kurang favorit atau karena faktor jarak yang jauh agak ke pelosok), atau megambil pilihan lain yaitu masuk sekolah tahun ini juga tetapi di sekolah swasta.

Kalau kita mau jujur, tidak semua sekolah swasta itu “kelas dua”, banyak contoh sekolah swasta justru memiliki keunggulan komparatif dengan sekolah negri favorit.  Tentu yang demikian itu  adalah sekolah swasta yang memiliki faktor-faktor pendukung diantaranya sbb :
1.       Letaknya yang di tengah kota atau posisi strategis
2.       Sumber pendanaanya sangat kuat dan stabil
3.       Sistem Manajemen nya baku dan transparan
4.       Didukung oleh kekuatan-kekuatan external yang mapan.
5.       Biaya pendidikan (sebut : SPP) dan  sumbangan dana dari wali murid lainnya yang tidak murah tapi masih terjangkau.

Jenis sekolah seperti ini akan sangat selektif dalam menerima Guru dan tenaga kependidikan lainnya serta menerima peserta didik. Alhasil, yang masuk kesitu adalah para personil pilihan yang hampir pasti memiliki beberapa “keunggulan”, diantaranya keunggulan kecerdasan, keunggulan finansial, tau bahkan keunggulan koneksi. Sisi baik dari manajemen sekolah swasta  seperti ini adalah kesadaran bahwa peserta didik (wali muridnya) memiliki posisi yang cukup kuat dalam memberikan andil terhadap pembiayaan pendidikan, maka mereka adalah asset  yang wajib dipelihara dan tingkatkan. Kesadaran seperti ini biasanya akan menumbuhkan kemampuan bersaing dan peningkatan mutu yang baik.

Sampel sekolah seperti ini terkadang menimbulkan penajaman kemampuan berhitung bagi beberapa saudara kita yang lain, yang melihat betapa besarnya animo orang untuk menyekolahkan putra-putrinya disini, dan kalau dikali-kalikan, betapa besarnya angka-angka rupiah yang berputar didalamnya. Maka bermunculanlah beberapa yayasan  baru yang menaungi lembaga pendidikan swasta. Beberapa diantaranya tumbuh besar dengan cepat dan konsisten pada tujuan mulianya. Sayangnya segelintir  lagi menjadikan sekolah swasta ini sebagai ladang bisnis.

Penyandang dana (yayasan) yang baik biasanya menerapkan manajemen yang baik, transparan. Mentalitas pengurusnya menjadi penentu maju tidaknya yayasan.  Tapi kalau sudah mulai bermain dengan jumlah dana besar, banyak yang kadangkala menjadi tergoda, bermain-main dengan angka dan laporan rekayasa, yang dinikmati oleh beberapa orang di lingkarannya saja. Sangat disayangkan, orang seperti ini tidak menyadari berapa banyak anak bangsa dan orang tuanya yang dirugikan.

Sebaiknya dalam memilih pengurus yayasan, perlu ditentukan kriteria dasar yang harus dipenuhi, diantaranya :
-  Mampu secara skill-managerial
-  Sudah mapan ekonominya, sehingga dapat fokus mengurus pekerjaannya
-  Pergaulannya luas, memiliki link dengan petinggi daerah dan pusat atau organisasi lain yang dapat membantu, plus kemampuan lobby yang bagus.
-  Memahami dan memiliki atensi yang cukup baik terhadap masalah pendidikan
-  Konsisten dalam sikap dan perbuatan, bertanggung jawab, bebas dari KKN

Reformasi Pengelolaan Sekolah Swasta mencakup 3 aspek, yaitu :
1.      Pendekatan
Tantangan penyelenggaraan sekolah swasta masa kini adalah bagaimana setiap pengelolaan dapat menjawab manajemen sekolah swasta dengan mutu layanan yang efektif dan efisien. Dalam hal ini ada dua pendekatan yang  perlu diterapkan, yaitu :  manajemen mutu dan manajemen berorientasi pada klien.
2.      Pengelolaan Sekolah Swasta Secara Efektif
Pengelolaan sekolah secara efektif dengan menggunakan asumsi dasar keberhasilan sekolah yang efektif.
Beberapa ciri pengelolaan sekolah efektif antara lain;
(a) adanya standar harapan yang tinggi (high expectation),
(b) menciptakan keamanan dan keteraturan lingkungan (safe and orderly environment),  
(c) perumusan tujuan yang jelas,  (d) kepemimpinan yang kuat (Strong Leadership) 
(e)  monitoring kemajuan siswa,  (f) pengembangan staf.
3.      Pengelolaan Administrasi Secara Tertib.
Dengan pengadministrasian yang baik dan tertib berarti pengelola sekolah swasta selalu siap melakukan akuntabilitas (pertanggung jawaban) penyelenggaraan melalui akuntabilitas akan terlihat secara administratif antara lain adanya manajemen keuangan yang sehat, sarana prasarana pendidikan yang memadai, dan proses belajar  yang baik. Tuntutan akuntabilitas penyelenggaraan diperlukan untuk laporan kepada pemerintah, masyarakat dan orang tua serta yayasan.

Lalu, bagaimana nasibnya dengan sekolah swasta yang payung hukumnya adalah sebuah yayasan yang sumber pendanaannya minim ? Ini juga menjadi masalah serius.  Bagaimana sekolah mau memajukan mutu pendidikan bagi peserta didik dan mensejahterakan para gurunya kalau sumber daya yang tersedia tidak mencukupi. Akhirnya yang terjadi adalah, “sekedar menggugurkan kewajiban” alias proses belajar-mengajar berjalan apa adanya. Terkadang, disiplin memang sangat erat kaitannya dengan keuangan . Ya, kan ..?? Bagaimana mau menegakkan disiplin gurunya kalau honornya hanya cukup untuk beli BBM saja. Sudah honornya kecil, kadang telat gajiannya pula. Bagaimana mau mendisiplinkan siswa kalau gurunya masuk tidak tepat waktu. Bagaimana siswa akan bayar SPP tepat waktu kalau yang mereka dapatkan juga tidak tepat takarannya. Ini menjadi lingkaran setan yang tak ketemu ujung-pangkalnya. Nampaknya, Slogan lama ; Guru = Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Mendidik tanpa Pamrih, dan bla..bla..bla.. rasanya tidak tepat lagi dipakai saat ini. Pasti tak akan cukup perhatian dan waktu yang dicurahkan untuk peserta didik kalau masih harus berfikir ekstra  lagi untuk urusan kantong.  Kasihan mereka ini. Sementara disisi lain mereka menyaksikan guru-guru lain di sekolah negri keadaannyan sangat berbeda;  gaji besar, tunjangan profesi/sertifikasi, les ini dan itu, dan lainnya.  Ringkasnya, ada dana, bisa ada mutu, asalkan pengelolaannya baik dan bersih.

Lalu, bagaimana kalau yayasan yang ada sudah tak mampu lagi mendanai sekolah swasta yang dinaunginya, ….kata orang bijak, ada baiknya kita perlu mengakui ketidak mampuan kita dengan jujur, lalu meminta bantuan kepada pihak lain yang mampu, misalnya menyerahkan pengelolaan sekolah dan asetnya kepada Pemda setempat. Kalau memang sekolah itu sudah lama berdiri dan menelorkan banyak lulusan yang cukup berprestasi, yakinlah bahwa Pemda tidak akan tinggal diam melihat salah satu Aset sekolah di daerahnya akan bubar. Mari kita renungkan.